Selasa, 28 Juli 2015
Kamis, 11 Juni 2015
RPP kelas X Semester 2
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan
Pendidikan : SMAN 2 Batang
Mata Pelajaran :
Bahasa
Jawa
Kelas/semester
: X / 2
Materi Pokok : Cerita Wayang
Pembelajaran
ke- : 4,5
Alokasi
waktu : 2 x 45 menit
A.
Kompetensi Inti (KI)
KI 1 Menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya
KI
2 Menghayati dan mengamalkan perilaku
jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia
KI
3 Memaham, menerapkan, menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI
4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
B.
Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian
Kompetensi
1.2 Menerima,
mensyukuri, menghayati, dan mengamalkan anugerah Tuhan berupa bahasa Jawa dalam
bentuk petikan teks crita wayang
2.2 Menunjukkan
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif dalam menggunakan bahasa Jawa
melalui petikan teks crita wayang
3.2 Memahami
isi teks crita Mahabharata (Bima Bungkus)
Indikator
1.
Siswa
mampu memahami isi teks crita
Mahabharata (Bima Bungkus)
2.
Siswa
mampu mengambil amanat yang terkandung dalam teks crita Mahabharata (Bima
Bungkus)
4.2 Menulis
sinopsis teks cerita teks Mahabharata (Bima Bungkus) dan menyajikannya
Indikator
1.
Siswa
mampu menulis sinopsis teks cerita
teks Mahabharata (Bima Bungkus) dan menyajikannya
C.
Tujuan Pembelajaran
1.2 Selama dan
setelah proses pembelajaran, siswa dapat
menerima, mensyukuri, menghayati, dan mengamalkan anugerah Tuhan berupa
bahasa Jawa dalam bentuk petikan teks crita wayang
2.2 Selama
dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif, dan proaktif dalam menggunakan bahasa Jawa melalui petikan
teks crita wayang
3.2 Setelah proses
pembelajaran, siswa dapat memahami
isi teks crita Mahabharata (Bima Bungkus) dan mampu mengambil amanat yang terkandung
dalam teks crita Mahabharata (Bima Bungkus)
4.2 Setelah
proses pembelajaran, siswa dapat menulis sinopsis teks cerita teks Mahabharata
(Bima Bungkus) dan menyajikannya
D.
Materi Ajar
1. Fakta
Teks Crita Wayang (Bima Bungkus)
2. Konsep
Pangertene crita wayang
3. Prinsip
Unsur
crita wayang
4. Prosedur
Cara nulis lan tuladha crita wayang
E.
Pendekatan dan Metode Pembelajaran
-
Pendekatan
:
Scientific
-
Model Pembelajaan : Inquiry,
Project Based Learning, Discovery Learning
-
Metode
: inkuri, diskusi,
praktek, penugasan
F.
Media dan Sumber Belajar
Media : Player VCD, CD/VCD,
power point
Alat : LCD, Laptop, Teks Crita
Wayang
Sumber Belajar :
1. Widaryatmo, Gandung dkk. 2013. Prigel Basa Jawa Jilid 1. Jakarta:
Erlangga
2. Sasangka, Sry Satriya TW. 2011. Paramasastra Gagrag Anyar Basa Jawa. Jakarta:
Paramalingua
3. Darminto, dkk. 2010. Kamus Besar Bausastra Jawa. Jakarta:
Kharisma
4. Sudiyatmana, Dr.HC dkk. 2012. Kabeh Bisa Basa Jawa. Jakarta:
Yudhistira
5. H.G, Irawan. 2005. Kulina Basa Jawa. Klaten: Intan Pariwara
G.
Kegiatan Pembelajaran
PERTEMUAN
1
Kegiatan
|
Deskripsi
|
Alokasi Waktu
|
Pendahuluan
|
1.
Orientasi /Pembukaan
- Guru membuka pembelajaran dengan
berdoa, salam, dan menanyakan siswa yang tidak hadir
2.
Apersepsi
- Guru melakukan apersepsi untuk mengaitkan materi
yang telah dikuasai siswa dan yang akan dipelajari
- Siswa menerima informasi tentang
materi Crita Wayang
3.
Motivasi
- Guru memotivasi siswa
- Siswa menerima informasi kompetensi,
tujuan, dan manfaat mempelajari Crita Wayang
4.
Pemberian acuan
- Siswa menerima informasi sumber
belajar yang bisa digunakan
|
5’
|
Kegiatan Inti
|
Mengamati
·
membaca petikan teks crita wayang
Menanya
· mempertanyakan unsur-unsur pembangun crita wayang
yang terdapat pada petikan teks crita wayang
Mengumpulkan
informasi
· menemukan nilai-nilai yang terkandung di dalam petikan teks crita wayang
Mengasosiasi
· Mengevaluasi
relevansi pitutur luhur
yang terdapat pada petikan teks crita
wayang
Mengomunikasikan
· menceritakan
kembali isi petikan teks crita wayang
dengan menggunakan ragam bahasa sesuai konteks dan norma
|
75’
|
Penutup
|
1. Siswa mengumpulkan tugas materi yang
telah dipelajari
2. Siswa merefleksi penguasaan materi
yang telah dipelajari dengan membuat catatan / rangkuman / kesimpulan
3. Siswa mendengarkan arahan guru tentangrencana
pembelajaran guru pada pertemuan yang akan datang
|
10’
|
PERTEMUAN 2
Kegiatan
|
Deskripsi
|
Alokasi Waktu
|
Pendahuluan
|
1.
Orientasi /Pembukaan
- Guru membuka pembelajaran dengan
berdoa, salam, dan menanyakan siswa yang tidak hadir
2.
Apersepsi
- Guru melakukan apersepsi untuk mengaitkan materi
yang telah dikuasai siswa dan yang akan dipelajari
- Guru mengulas kembali materi tentang
cerita wayang
3.
Motivasi
- Guru memotivasi siswa
- Siswa menerima informasi kompetensi,
tujuan, dan manfaat mempelajari Crita Wayang
4.
Pemberian acuan
- Siswa menerima informasi sumber
belajar yang bisa digunakan
|
5’
|
Kegiatan Inti
|
Mengamati
·
Membaca petikan teks crita wayang
Menanya
· membuat pertanyaan yang berhubungan dengan crita wayang
Mengumpulkan
informasi
·
menemukan unsur pembangun crita wayang yang terdapat pada petikan teks crita wayang
Mengasosiasi
· menganalisis
unsur-unsur pembangun
· menginterpretasi isi crita wayang yang terdapat pada petikan teks crita wayang
Mengomunikasikan
· menanggapi
penceritaan kembali isi petikan teks crita
wayang dengan menggunakan ragam bahasa sesuai konteks dan norma
|
75’
|
Penutup
|
1. Siswa mengumpulkan tugas materi yang
telah dipelajari
2. Siswa merefleksi penguasaan materi
yang telah dipelajari dengan membuat catatan / rangkuman / kesimpulan
3. Siswa mendengarkan arahan guru tentangrencana
pembelajaran guru pada pertemuan yang akan datang
|
10’
|
H.
Penilaian
Penilaian
|
Teknik
|
Bentuk Instrumen
|
a. Penilaian
kompetensi sikap
|
a. Pengamatan Sikap
|
Lembar Pengamatan Sikap dan Rubrik
|
b. Penilaian
kompetensi pengetahuan
|
a.
Tes Tulis
b.
Penugasan
|
Tes Pilihan Ganda dan Uraian
Lembar Penilaian Diskusi / Presentasi dan Rubrik
|
c. Penilaian
kompetensi ketrampilan
|
a.
Tes Praktek
|
Lembar skala penilaian/Rubrik
|
Teknik dan instrument penilaian
a. Penilaian kompetensi
sikap
·
Observasi
LEMBAR PENGAMATAN / OBSERVASI
Mata Pelajaran : Bahasa Jawa
Kelas / Semester : XI MIA
Kompetensi Dasar : 3.2 Memahami isi
teks crita Mahabharata (Bima Bungkus)
Materi
Pokok : crita
Mahabharata (Bima Bungkus)
Hari / tanggal pengamatan :
i. Penilaian
dilakukan selama kegiatan pembelajaran
ii. Hasil
penilaian ini digunakan untuk mengetahui sikap peserta didik
iii. Aspek
yang dinilai:
1). Tanggung jawab
2). Kerja sama
3). Santun dalam berbahasa
4). Ahklak mulia
5). Percaya diri
4.
Keterangan Skor dan Katagori skor
Skor 1 = sangat kurang Jumlah skor 1- 5 katagori tidak aktif
Skor 2= kurang Jumlah skor 5-10
katagori kurang aktif
Skor 3= cukup Jumlah Skor 11-15 katagori
cukup aktif
Skor 4= baik Jumlah skor
16-20 katagori aktif
Skor 5 = baik sekali Jumlah skor 21 -25
katagori sangat aktif
Berilah skor untuk setiap
aspek!
NO
|
NAMA PESERTA DIDIK
|
ASPEK YANG DINILAI
|
JUMLAH SKOR
|
KATEGORI
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b. Penilaian kompetensi
pengetahuan
·
Tes tulis dan penugasan
Tes tertulis
Kerjakan soal
dibawah ini:
1. Apa kang kok ngreteni babagan Crita
Wayang?
2. Sebutna unsur-unsur Crita Wayang?
3. Aweha panemu tumrap andharan wos
surasane Crita Wayang kang
dijlentrehake dening kancamu!
4. Sebutna pitutur luhur ingkang saged
kapundut saking crita rakyat kasebut!
5. Tulisen synopsis crita wayang!
Kunci Jawaban
No
|
Kunci Jawaban
|
Kriteria Ketepatan
|
||
Benar
|
Setengah
|
Salah
|
||
1
|
Wayang yaiku
sawijining wujud seni pertunjukan kang awujud drama kang khas. Seni kang kamot sajroning pertunjukan iki yaiku
: seni swara, seni sastra, seni musik, seni tutur, seni lukis, lan
sapanunggalane. Dene ana sawetara pihak kang duwe panganggep menawa
pertunjukan wayang ora mung kesenian, nanging ngemot pralambang. Saora-orane
wiwit abad kaping 19 nganti saiki, wayang wis dadi sasaran kajian lan
didiskripsekake dening para ahli.
|
20
|
10
|
0
|
2
|
Unsur-unsur
pembangun crita wayang iku padha karo unsur-unsur crita liyane, yaiku tema,
latar/setting, penokohan, alur, pesen, punjering crita/sudut pandang,
lan konflik, wos surasane crita, lan gawe ringkesan.
|
20
|
10
|
0
|
3
|
Kawicaksanan
|
20
|
10
|
0
|
4
|
Kawicaksanan
|
20
|
10
|
0
|
5
|
Kawicaksanan
|
20
|
10
|
0
|
|
Total Nilai
|
100
|
50
|
0
|
Pedoman penilaian
NILAI =
%

Penugasan
INSTRUMEN TUGAS TERSTRUKTUR
A. Mata
Pelajaran : Bahasa Jawa
B. Kelas
/ Semester : XI MIA
C. Kompetensi
Dasar : 3.2 Memahami isi teks crita Mahabharata (Bima Bungkus)
D. Materi Pokok : crita Mahabharata (Bima Bungkus)
E. Hari
/ tanggal pengamatan:
F. Deskripsi tugas:
Secara kelompok anak mendiskusikan dan dilaporkan secara tertulis:
1.
Menentukan
nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita wayang (Bima
Bungkus)
2.
Menganalisis
unsur-unsur pembangun
3.
Mengaitkan
nilai-nilai dengan kondisi masyarakat saat ini
4.
Memberi
tanggapan isi dengan bahasa sendiri Crita wayang (Bima Bungkus)
Kunci Jawaban
No
|
Uraian
|
Kriteria Ketepatan
|
||
Benar
|
Setengah
|
Salah
|
||
1
|
Nilai-nilai yang terkandung dalam isi petikan cerita wayang
(Bima Bungkus)
|
25
|
10
|
5
|
2
|
unsur-unsur pembangun cerita wayang (Bima
Bungkus)
|
25
|
10
|
5
|
3
|
nilai-nilai dalam N cerita wayang (Bima Bungkus)
|
25
|
10
|
5
|
4
|
Tanggapan isi cerita wayang
(Bima Bungkus)
|
25
|
10
|
5
|
|
Total Nilai
|
100
|
50
|
25
|
Pedoman penilaian
NILAI =
%

LEMBAR PENGAMATAN / OBSERVASI DISKUSI
KELOMPOK
Mata Pelajaran :
Bahasa Jawa
Kelas / Semester :
XI MIA
Kompetensi Dasar : 3.2 Memahami isi teks crita
Mahabharata (Bima Bungkus)
Materi Pokok : crita Mahabharata (Bima Bungkus)
1.
Penilaian
dilakukan selama kegiatan diskusi
2.
Hasil
penilaian ini digunakan untuk mengetahui tingkat aktivitas peserta didik
3.
Aspek yang
dinilai:
1). Tanggung jawab
2). Kerja sama
3). Keberanian mengajukan pertanyaan
4). Kemampuan menyampaikan informasi/ menjawab pertanyaan
5). Menghargai pendapat orang lain
4. Keterangan Skor dan
Katagori skor
Skor 1 = sangat kurang Jumlah
skor 1- 5 katagori tidak aktif
Skor 2= kurang Jumlah
skor 5-10 katagori kurang aktif
Skor 3= cukup Jumlah
Skor 11-15 katagori cukup aktif
Skor 4= baik Jumlah
skor 16-20 katagori aktif
Skor 5 = baik sekali Jumlah
skor 21 -25 katagori sangat aktif
Berilah
skor untuk setiap aspek!
NO
|
NAMA PESERTA DIDIK
|
ASPEK YANG DINILAI
|
JUMLAH SKOR
|
KATAGORI
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
NILAI =
%

TUGAS MANDIRI
Sekolah : SMA Negeri 2 Batang
Mata Pelajaran : Bahasa Jawa
Materi
Pokok : Crita Mahabharata
(Bima Bungkus)
Kelas /Semester : X MIA
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
Kegiatan
|
Waktu
|
4.2
Menulis sinopsis teks cerita teks Mahabharata (Bima Bungkus) dan
menyajikannya
|
4.2.1.
Siswa mampu menulis sinopsis teks cerita teks Mahabharata (Bima Bungkus)
dan menyajikannya
|
·
secara individual peserta didik diminta
menginterpretasi isi petikan teks crita wayang secara lisan maupun tulisan
|
Dikumpulkan pada
pertemuan yang akan datang
|
Pedoman Penilaian
No
|
Uraian
|
Kriteria Ketepatan
|
||
Benar
|
Setengah
|
Salah
|
||
1
|
Kesesuaian sinopsis dengan cerita
|
25
|
10
|
5
|
2
|
Ketepatan ragam bahasa
|
25
|
10
|
5
|
3
|
Ketepatan penulisan sinopsis
|
25
|
10
|
5
|
4
|
Pilihan kata
|
25
|
10
|
5
|
|
Total Nilai
|
100
|
40
|
25
|
Pedoman penilaian
NILAI =
%

c. Penilaian kompentensi
ketrampilan
INSTRUMEN TES
PRAKTIK
A. Mata
Pelajaran : Bahasa Jawa
B. Kelas
/ Semester : X MIA
C. Kompetensi
Dasar : menyajikan
sinopsis teks cerita Mahabharata (Bima Bungkus)
D. Materi Pokok : Cerita Mahabharata (Bima Bungkus)
E. Hari
/ tanggal pengamatan :
F.
Deskripsi tugas:
a. Menulis sinopsis crita novel
b. Menyunting kesalahan sinopsis novel yang ditulis oleh
teman
Pedoman Penilaian Sinopsis
No
|
Uraian
|
Kriteria Ketepatan
|
||
Benar
|
Setengah
|
Salah
|
||
1
|
Kesesuaian sinopsis dengan cerita
|
25
|
10
|
5
|
2
|
Ketepatan ragam bahasa
|
25
|
10
|
5
|
3
|
Ketepatan penulisan sinopsis
|
25
|
10
|
5
|
4
|
Pilihan kata
|
25
|
10
|
5
|
|
Total Nilai
|
100
|
40
|
25
|
Pedoman penilaian
NILAI =
%

Pedoman Penilaian Menyunting sinopsis
No
|
Uraian
|
Kriteria Ketepatan
|
||
Benar
|
Setengah
|
Salah
|
||
1
|
Kalimat
|
25
|
10
|
5
|
2
|
Ketepatan penulisan
|
25
|
10
|
5
|
3
|
Ketepatan menyunting
|
25
|
10
|
5
|
4
|
Pilihan kata
|
25
|
10
|
5
|
|
Total Nilai
|
100
|
40
|
25
|
Pedoman penilaian
NILAI =
%

LAMPIRAN
1.
Pangertene wayang
Wayang yaiku sawijining wujud seni pertunjukan kang
awujud drama kang khas. Seni kang kamot
sajroning pertunjukan iki yaiku : seni swara, seni sastra, seni musik, seni
tutur, seni lukis, lan sapanunggalane. Dene ana sawetara pihak kang duwe
panganggep menawa pertunjukan wayang ora mung kesenian, nanging ngemot
pralambang. Saora-orane wiwit abad kaping 19 nganti saiki, wayang wis dadi
sasaran kajian lan didiskripsekake dening para ahli.
Wayang akeh banget jenise minangka kesenian rakyat utawa
kraton, ana wayang glek kang kagawe saka kayu, ana wayang kulit kagawe saka
kulit, wayang klithik kagawe saka kayu, wayang beber digambar ana ing kertas
utawa kulit lan sapiturute.Sumbere crita saka Ramayana lan Mahabarata,
crita-crita Menak, crita-crita Panji, syair-syair kepahlawanan utawa kreasi
anyar kang nyritakake prastawa-prastawa anyar.
Saliyane kuwi werna-wernaning wayang iku uga ana kang
sinebut wayang wong, kang dipragakake dening uwong, lan wis ana wiwit abad
kaping 18. Wayang iki entuk sambutan kang apik saka masyarakat, mula ing jaman
sateruse ketok akeh perkumpulan wayang wong. Ing pungkasaning jaman saiki wis
akeh museum wayang antarane ing Jakarta lan Ngayogyakarta. Sawetara panaliten
nyimpulake, wayang minangka sarana nggambarake alam pikirane piyayi Jawa kang dualistik.
Ana rong prekara, pihak utawa klompok kang ora cocok, beda, antarane apik lan
ala, babagan lair lan batin, alus lan kasar, Pandawa lan Kurawa. Kalorone
nyawiji ana sajrone manungsa kanggo nggoleki keseimbangan. Wayang uga dadi
sarana ngendhaleni sosial, umpamane kanthi kritik sosial kang diwujudake
lumantar banyolan.
Crita wayang iku duwe struktur formal. Struktur kuwi
kedadeyan saka unsur-unsur kang padha gayut antarane siji lan sijine.
Unsur-unsure yaiku tokoh, watak,alur, tema, latar, lakon, pesen kang kamot,
pitutur (pesan moral) kang kakandhut sajroning crita wayang..
2.
Unsur crita wayang
Unsur-unsur
pembangun crita wayang iku padha karo unsur-unsur crita liyane, yaiku tema,
latar/setting, penokohan, alur, pesen, punjering crita/sudut pandang,
lan konflik, wos surasane crita, lan gawe ringkesan.
3.
Tuladha crita wayang
BIMA BUNGKUS
Jejer Ngastina. Duhkitaning Prabu Pandu lan Dewi Kunti
jalaran lahire ponang jabang bayi kang awujud bungkus. Tan ana sanjata kang
tumawa kanggo mbedah bungkus. Kurawa uga melu cawe-cawe arsa mecah bungkus,
sanadyan amung lelamisan, bakune arsa nyirnaake si bungkus. Wisiking dewa sang
bungkus den bucal ing alas Krendawahana..
Ing pertapan Wukir Retawu Bagawan Abiyasa kasowanan Raden
Permadi kang kaderekaken repat punakawan.
“Kanjeng Eyang, kadi pundi nasibipun Kakang Bungkus,
sampun sawetawis warsa mboten wonten suraos ingkang sae, bab menika Eyaang,
andadosaken duhkitaning Kanjeng Ibu Kunti…”
Tartamtu Sang Winasis kang pancen luber ing pambudi
sampun pirsa apa kang dadi lakon.
“Putuku nggeeer, Permadi, mangertiya jer kakangmu nembe
nglakoni karmane, ing tembe kakangmu Si Bungkus bakal dadi satriya utama, lan
bakal oleh apa kang sinebut wahyu jati…”
Ing Suralaya, Batara Guru nimbali Gajahsena, putra sang
batara kang awujud gajah, kinen mecah si bungkus saengga dadi sejatining
manungsa. Sang Guru ugi angutus Dewi Umayi kinen nggladhi kawruh babagan
kautaman marang si bungkus.
Purna anggennya peparing ajaran marang si bungkus, Dewi
Umayi aparing busana arupa cawat bang bintulu abrit, ireng, kuning, putih,
pupuk, sumping, gelang, porong, lan kuku Pancanaka.
Salajengipun, Gajahsena mbuka bungkus. Pecahing bungkus
dados sapatemon kekalihipun, kagyat dados lan perangipun. Binanting sang
Gajahsena. Sirna jasad sang gajah. Roh lan daya kekiyatanipun manjing jroning
angga sang bungkus.
Praptene Betara Narada.
Si Bungkus tumakon marang Sang Kabayandewa, “Heemmm, aku
iki sopoh?”
“Perkencong, perkencong waru doyong, ngger, sira kuwi
sejatine putra kapindho ratu ing Amarta Prabu Pandudewanata. Sira lahir awujud
bungkus, lan kersaning dewa sira kudu dadi satriya utama…, lan sira tak paringi
tetenger Bratasena ya ngger…”
Rawuhipun Ratu saking Tasikmadu kang nyuwun senjata
pitulungan marang Bratasena kinen nyirnakaken raja raseksa aran Kala Dahana,
Patih Kala Bantala, Kala Maruta lan Kala Ranu. Para raseksa sirna. Sekakawan
kekiatan saking raseksi wau nyawiji marang Raden Bratasena, inggih punika
kekiatan Geni, Lemah, Angin lan Banyu.
DEWA RUCI
Madeg kraton Astinapura. Prabu Dhestarasta kaadhep dening
putra mbarebe, Duryudana, Patih Sengkuni lan Pandhita Krepo. Surasane
rerembugan ana gandheng cenenge karo peprentahan Astina ing tembe mburine
marang para Kurawa, ngengeti para Pandawa wis wiwit dewasa. Duryudana ngesuk
bapake, kapan dheweke bakal winisuda dadi Ratu Anom ing Astina. Sawetara
Sengkuni mbudidaya mbujuk Prabu Dhestarasta, supaya hak tumrap keprabon lan
kraton Astina tetep dadi duweke Kurawa. Sebab yen keprabon lan kraton
dibalekake marang Pandawa, kepiye nasibe para Kurawa kang cacahe ana satus
bocah? Sawijining cara yaiku ngelongi kuwatane Pandawa. Amarga kekuwatane
Pandawa dumunung marang Bima, mula Bima kudu disingkirake.
Dene ing keputren Astina. Dewi Gendari mahargya tekane
Prabu Dhestarasta. Dewi Gendari nakokake babagan rantaman wisudane Duryudana
dadi Ratu Anom Astina. Prabu Dhestarasta ngendika lagi digolekake wektu lan
wayah kang trep supaya ora nuwuhake congkrah karo Pandawa. Dewi Gendari aweh
panemu Pandawa kudu disingkirake supaya keprabon Astina tetep dadi duweke Duryudana.
Prabu Dhetarasta nerangake lamun panemue Dewi Gendari wis kamot ana rancangane
Sengkuni kang bakal ngelongi kekuwatane Pandawa.
Sabanjure Duryudana lan Patih Sengkuni nganakake
pasatemon karo Dursasana, Kartamarma, Citryuda, Durmagati, Citraksi, lan
saperangan Kurawa liyane. Patih Sengkuni nyaranake supaya Duryudana njaluk
pambiyantune Pandhita Durna kanggo nyingkirake Bima. Carane manut marang
Pandhita Durna, kang baku ora ngelok-ngelokake langsung para Kurawa. Sengkuni
uga mrentah Kartamarma supaya ngerahake Kurawa menyang Sokalima. Menawa
Pandhita Durna gagal ngojok-ojoki Bima, Kurawa kudu tumindak cekat-ceket.
Kroyok lan pateni Bima ing Sokalima. Duryudana lan Sengkuni banjur budhal,
banjur disusul dening Kurawa liyane.
Lagya kang ana ing pertapan Sokalima. Pandhita Durna
kaadhep dening anak siji-sijine, Aswatama. Ora let suwe Duryudana lan Sengkuni
teka. Sawise ngabarake keslametan, Duryudana ngandhakake niyate njaluk
pambiyantune Begawan Durna supaya nyingkirake Bima. Iki kanggo waluyaning keprabon
Astina marang para Kurawa. Wiwitane Begawan Durna kabotan. Nanging Sengkuni lan
Duryudana ngesuk kanthi cara ngundhamana dedununge Resi Durna ing Astina kang
ora ucul saka lelabuhan lan lomane Prabu Dhestarasta. Kasurung saka utang budi,
Resi Durna tundhone saguh mujudi panjaluke Duryudana.
Sawise Sengkuni lan Duryudana lunga, Resi Durna banjur
nyeluk Bima. Kanthi alesan kanggo ngluhurake Pandawa, Bima dikongkon golek
banyu panguripan Tirtapawitra menyang gunung Candradimuka. Bima sanggup banjur
enggal-enggal budhal.
Nalika semana kang ana ing pinggire gunung Candradimuka.
Ing perenge gunung Candradimuka nalika Bima lagi ngembrukake wit-wit gedhe lan
njegol watu-watu gedhe nggoleki Tirtapawitra, njedhul buta loro cacahe, Rukmuka
lan Rukmakala. Kalorone buta mau nglarang ngrusak tatanan panguripan ing gunung
Candradimuka lan Tirtapawitra ora ana ing gunung kuwi. Dumadi gesehe panemu,
banjur dadi bandayuda. Amarga saka ampuhe kuku Pancanaka, Bima kasil mateni
Rukmuka lan Rukmakala, sawise mati jasade badhar dadi Bathara Indra lan Bathara
Bayu.
Bathara Indra nerangake, lamun Tirtapawitra ora ana ing
gunung Candradimuka. Bima didhawuhi bali ngadhep marang Resi Durna njaluk
katrangan kang cetha dununge Tirtapawitra. Bima manut. Dheweke bali menyang
Sokalima nemoni Resi Durna. Dene Bathara Indra lan Bathara Bayu bali menyang
kahyangan.
Gumelar ing ereng-erenge gunung Cadradimuka. Arjuna lan
Yamawidura ketemu karo rombongan Kurawa. Dumadi bedaning panemu kang ndadekake
pasulayan. Arjuna lan Yamawidura dikroyok dening Kurawa. Bejane nalika Arjuna
lan Yamawidura kadhesek, Bima teka langsung mbiyantu dheweke ngoyak Kurawa.
Bima ngomong marang Arjuna lan Yamawidura yen Tirtapawitra ora ana ing gunung
Candradimuka. Dheweke saiki arep bali menyang Sokalima arep njaluk kapesthen
Resi Durna, ana ngendi mapane Tirtapawitra. Katelune banjur pisah lakune. Bima
menyang Sokalima, dene Arjuna lan Yamawidura bali menyang kaputren Astina arep
nemoni Dewi Kunti lan kluwarga Pandawa liyane.
Bali ing Pertapan Sokalima. Resi Durna nampa tekane Bima.
Kanthi ringkes Bima ngandhakake lamun Tirtapawitra ora ana ing gunung
Candradimuka. Dheweke uga ketemu karo buta loro panjalmane Bathara Indra lan
Bathara Bayu. Dewe kalorone ngendika ing gunung Candradimuka ora ana sing
jenenge Tirtapawitra. Resi Durna ngandhakake, dheweke ndhawuhi Bima menyang
gunung Candradimuka mung kanggo nguji kesabarane Bima. Amarga Bima pancen
santosa lan kuwat kekarepane, mula saiki dheweke nuduhake panggonan mapane
Tirtapawitra, yaiku ing dhasare samodra. Bima langsung pamit arep tumuju
menyang segara kidul.
Gelare kaputren Astina. Dewi Kunti lan Puntadewa nampa
tekane Arjuna lan Yamawidura. Yamawidura ngandhakake kabar ketemu karo Bima ing
gunung Candradimuka. Bima durung kasil nemokake Tirtapawitra, mulane dheweke
bali menyang Sokalima nemoni Resi Durna. Ora let suwe Bima teka. Bima nyuwun
donga pangestune ibu kan sedulure arep nggoleki Tirtapawitra ing dhasare
samudra cundhuk karo dhawuhe Resi Durna. Dewi Kunti, Puntadewe, Yamawidura, lan
Arjuna mbudidaya ngalang-ngalangi Bima supaya murungake niyate golek banyu suci
Tirtapawitra. Dewi Kunti ngandhakake yen barang kuwi ora ana. Kabeh mau mung
rekadayane Resi Durna kang arep nyilakani Bima. Nanging Bima tetep mantep
marang kapercayane, lamun minangka guru, Resi Durna ora bakal nyilakani muride
dhewe. Dhawuhe guru kudu ditindakake dening murid. Tundhone Bima budhal
nggoleki Tirtapawitra ing dhasaring samodra. Dewi Kunti dhawuh marang
Yamawidura lan Arjuna ngawat-awati lakune Bima.
Ing dhasare samodra ana ula ngadhang lakune Bima.
Pasulayan rame dumadi. Kalorone mbudidaya nyilakani siji lan sijine. Tundhoning
pasulayan, Bima mateni ula kuwi, nanging dheweke uga semaput kena gitikane
buntut ula mau. Bima klelep tekan dhasare samodra.
Katon Dewa Ruci lagi pasatemon karo Bima. Dewa Ruci takon
apa kekarepane Bima njegur nganti ing dhasaring samodra. Bima njlentrehake, yen
dheweke nindakake dhawuhe gurune, Resi Durna supaya nggoleki banyu panguripan
Tirtapawitra. Dewa Ruci nerangake, dene Tirtapawitra ora mapan ana ing gunung
Cadradimuka, apa dene ing dhasare samodra. Tirtapawitra sejatine mapan ana ing
dhiri pribadine Bima dhewe, kang wujude inti niyat kanggo tumindak jujur lan
berbudi luhur, sarta ngenggonake rasa kurmat marang sapadhane. Nindakake
kabecikan tanpa pamrih, tresna marang sapadhane kaya dene tresna marang awake
dhewe. Saka Dewa Ruci, Bima antuk ajaran / wejangan babagan ilmu kasampurnan,
ing antarane njlentrehake babagan asaling dumadi, sangkan paraning dumadi, lan
tataraning dumadi.Bima banjur didhawuhi bali menyang Astina nglumpuk karo ibune
lan sedulure, amarga isih akeh kewajiban kang kudu ditindakake.
Ana kedadeyan ing gisiking samodra. Arjuna lan Yamawidura
geseh panemu maneh karo Kurawa kang dipandhegani dening Sengkuni kang lagi gawe
pager betis ing pinggire samodra. Pasulayan ora isa diendhani maneh. Kurawa
ngroyok Arjuna lan Yamawidura. Bejane nalika kalorone kepepet, Bima jumedhul
saka njeroning samodra. Ngreteni Arjuna lan Yamawidura dikroyok Kurawa, Bima
banjur cekat-ceket mbiyantu. Kurawa ora bisa nandhingi kridhane Bima, banjur
kabeh padha mlayu salang tunjang. Banjur Bima, Arjuna, lan Yamawidura bali
menyang Astina.
Nalika semana madeg kaputren Astina. Dewi Kunti kaadhep
dening para putrane, Puntadewa, Bima, Arjuna, Nakula, lan Sadewa, sarta Yamawidura.
Bima nyritakake pasatemone karo Dewa Ruci ing dhasare samodra, lan entuk
wejangan babagan sarining panguripan. Dewi Kunti syukur banget, dene Bima kasil
slamet lan lulus saka pacoban kang abot. Dewi Kunti banjur ngajak putra-putrane
supaya ngaturake donga marang Gusti Kang Maha Tunggal, supaya kluwarga Pandawa
tansah antuk kawilujengan, rahmat lan hidayah-He..
Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 2 Batang
Drs. Herry Soemiarto
NIP
195512151979031011
|
|
Batang, Juli 2014
Guru mapel Bahasa
Jawa
Yuniarti Nanin T,
S.Pd
|
LEMBAR
KERJA SISWA
I.
Ing ngisor iki ana wangsulan sing bener, pilihen!
1. Nalika ngrungokake
crita wayang kulit ing radhio, saben arep ganti adegan mesthi kawiwitan suluk
lan janturan kang nyritakake papan panggonan. Mula saka iku pamireng isa
ngreteni babagan ....
a.
tokoh d.
alur
b.
watak tokoh e.
pesen/amanat
c.
latar
2.
Ing crita Dewa Ruci, Bima mituhu kabeh dhawuhe Durna
minangka gurune sanajan anggone dhawuh iku ngetohake nyawa, nanging Bima ora
nggresula. Saka crita kasebut pamireng ngreti yen karep saka crita iku supaya
murid bekti karo gurune. Perangan iku mapan ana ing crita kang diarani ....
a.
tokoh d.
alur
b.
watak tokoh e.
pesen/amanat
c.
latar
3.
Sanajan Panakawan (Semar, Gareng, Petruk, lan Bagong) iku
dadi batur lan drajate mung cendhek, nanging disenengi dening para satriya kang
duwe tindak laku utama. Kabeh iku kagawa saka tindak tanduk lan pakarti kang
ditindakake Panakawan sing jujur, prasaja, lan ora neka-neka. Pratelan kasebut
nuduhake unsur crita wayang sing diarani ....
a.
tokoh d.
alur
b.
watak tokoh e.
pesen/amanat
c.
latar
4.
Sasuwene ngrungokake crita wayang ing radhio utawa CD,
nalika ngancik pathet sanga, satriya kang sesirih ana ing satengahe alas
sabubare rampung mesthi bandayuda karo rata denawa (buta, umume Cakil lan
wadyabalane). Pitutur kang kamot ing lelakon iku yaiku ....
a.
satriya kudu wani perang
b.
wong kang bakal mulya gedhe pacobane
c.
ing alas iku panggonane bebaya
d.
buta duwe watak seneng ganggu gawe
e.
aja seneng mapan ing papan sepi
5.
Ing crita wayang Bharatayuda Jayabinangun, prang antarane
Pandawa lan Kurawa iku tundhone dimenangake dening Pandawa. Sanajan cacahe mung
lima, Pandawa isa ngasorake Kurawa kang cacah satus. Wis kaloka ing jagad
Pandawa iku pralambang tindak utama, dene Kurawa iku pangawak kadurakan, mula
ora mokal yen Pandawa iku menang ing yuda. Pitutur kang kamot sajronng crita
iku yen diparibasakake yaiku ....
a.
ing ngarsa sung tuladha
b.
teteken tekun bakal ketekan
c.
titah tan kuwawa mbengkas pesthining Gusti
d.
rawe-rawe rantas, malang-malang putung
e.
becik ketitik ala ketara
Rungokna crita wayang ing ngisor iki!
Pandu
Jumeneng Nata ing Hastinapura

Negara Hastinapura kagungan putra calon
gumanti Nata, yaiku kang pambareb Dhestrarastra, panengahe Pandu, lan warujune
Widura. Dhestrarastra, Pandu Dewanata, lan Widura digulawentah lan digladhi
dening Resi Bisma. Katelune iku kang bakal mbacutake keprabone dharah
Kuru.Drestharastra duwe kaluwihan prigel olah jaya kawijayan. Pandu prigel
babagan olah kridhaning jemparing, dene Wisura prigel babagan olah weliding
pedhang lan sanjata.
Nanging kang jumeneng nata ing Hastina
iku Pandu, jalaran Dhestarastra cacat netra, dene Widura duwe cacat sukune dawa
sesisih.Saka sarasehan agung netepake kang dijenengake nata Pandu. Dhestarastra
lila yen sing kawisudha dadi ratu iku Pandu, amarga dheweke nglenggana duwe
kekurangan kang ginaris dening Gusti Kang Murbeng Jagad. Miturut pemanggihe,
nagara kang dipangarsani titah kang cacat bakal nuwuhake swasana kang ora
becik.
Dhestarastra krama karo Dewi Gendari
(sedulure Sengkuni) putri ratu Basubala (Suwala) ing nagara Gandara duwe putra
cacah satus kang diwastani Kurawa. Pandu krama karo putri loro, yaiku Dewi
Kunti (Dewi Patra) putrine Prabu Kuntiboja peputra telu Yudhistira, Bima, lan
Arjuna. Nanging sadurunge karo Prabu Pandu, Dewi Kunti wis kagungan putra kang
arane Karna. Dene garwa Pandu sijine asesilih Dewi Madrim, putri Ratu Mandrapati ing Nagara Mandrawisaya
(Mandaraka), peputra loro kembar Nakula lan Sadewa. Widura krama karo Dewi
Parasari, putra Maharaja Dewaka sarta kagungan putra kekasih Wiyansampana
(Sunjaya).
6. Paraga utama ing
crita kasebut yaiku ....
a.
Prabu Pandu d.
Prabu Matswapati
b.
Prabu Dhestarasta e.
Prabu Salya
c.
Widura
7.
Latar crita iku yaiku ....
a.
Mandaraka d.
Gandara
b.
Suwala e.
Dewaka
c.
Hastinapura
8.
Putrane Prabu Pandu karo Dewi Kunti yaiku ....
a.
Kurawa
b.
Pandawa
c.
Sunjaya lan Wiyansampana
d.
Yudhistira, Bima, lan Arjuna
e.
Nakula lan Sadewa
9.
Undherane crita kang jumeneng nata Hastinapura yaiku ....
a.
Prabu Pandu d.
Prabu Matswapati
b.
Prabu Dhestarasta e.
Prabu Salya
c.
Widura
10. Saka crita iku,
miturut tata aturan ing sajroning karaton kang gumanti nata kudune putra jaler
mbarep sang nata. Nanging Dhestarastra ora gelem gumanti nata amarga
ngrumangsani marang kekurangane. Lelakon iku ngemot pitutur kang becik yaiku
....
a.
aja rebutan panguwasa
b.
nglengana marang kekurangane
c.
negara kang adiluhung
d.
ngalah dhuwur wekasane
e.
nandur bakal ngundhuh
II.
Essay
1. Rungokna crita
wayang kang diwaos dening Bapak utawa Ibu guru iki!
PANDAWA LAN KURAWA
MEGURU DURNA

Sumber: wayang
wordpress.com
Sawise Pandawa lan Kurawa meguru marang Begawam
Krepa, sabanjure meguru marang Begawan Durna, ipenipun Krepa. Caritane
mangkene.Begawan Durna iku putrane Resi Baratwaja.Sawijining wektu Durna karo
putrane kang namane Aswatama tumuju menyang nagara Pancala bakal nemoni kadang
sumitrane Sucitra, kang saiki jumeneng nata ing Pancala.Durna ora ditampa malah
kapulasara (dianiaya) dening Patih Gandamana nganti rusak sarirane. Kanthi
nggawa lara atine, Durna mbacutake laku bakal nemoni ipene Krepa Gajahoya. Ing
samadyaning laku kepanggih karo Pandawa lan Kurawa kang lagi dolanan yen jaman
saiki bal-balan. Ndilalah bal sing dingo dolanan kecegur sumur, lan ora ana
kang wani njupuk. Kanthi pitulange Durna, bal isa dijupuk kanthi jemparing saka
alang-alang. Para Pandawa lan Kurawa padha kaget lan ngalembana kasektene
Durna. Bab iku diaturake marang Bisma. Miring atur iku Bisma seneng banget
jalaran pancen lagi golek guru kang linangkung, mula Durna ditimbali sarta
kadhawuhan anggladhi Pandawa lan Kurawa supaya mundhak kaprigelan jurit lan
wawasane.
Durna saguh paring piwucal, nanging kanthi bebena
suk yen wisp inter ora kena nulak kabeh pamundhute Sang Durna. Pandawa lan
Kurawa ora wangsulan, mung Arjuna dhewe kang nyaguhi.
Bareng wis sawetara wektu, kabeh padha prigel olah
kanuragan lan kawruh apa wae, semono uga bab kang sinandi. Bima lan Duryudana
pinter . Bima lan Duryudana prigel ngginakaken gada, Nakula lan Sadewa prigel
nggunakake pedhang. Yudhistira prigel perang kanthi numpak kreta, Aswatama
prigel ing gunabeksi (obat-obatan), Arjuna prigel jemparing.Ana ing pandadaran
siswa Sokalima, Bima tandhing yuda karo Duryudana, semono uga Arjuna tandhing
Karna, sanyatane kabeh padha digdayane.
Sawijining dina Durna kepengin males lara atine
marang Drupada kang rikala semana gawe serik atine. Kabeh satriya diklumpukake,
supaya ngrangket Drupada minangka tandha bektine marang Guru.Para Kurawa
ndhisiki nyerang, nanging isa dikalahake.Genti para Pandawa kang nyerang,
wusanane Drupada isa dirangket urip dening Arjuna, kang sabanjure dipasrahake
marang Durna.Gandheng Drupada kalah, Nagara Pancala separo sisih lor dijaluk
Durna, dene sisih kidul diprenah Drupada.
Bareng perang wis paripurna, Pandawa lan Kurawa bali
menyang Hastinapura. Prabu Drestharastra seneng banget marang Yudhistira kang
awatak adil lan utama, mula bakal dijumenengake nata nggantekake Pandu.
2. Sebutnaparaga-paraga ing crita wayang
iku!
3. Jlentrehna watak-watake para paraga ing
crita iku!
4.
Andharna wosing crita wayang ing ndhuwur!
5. Wedharna pitutur
luhur apa kang bisa kapethik saka crita wayang iku!
Langganan:
Postingan (Atom)